Minggu, 19 Juni 2011

Peoples of Bali

Nah..saya akan cerita2 beberapa hal tentang adat2 dari bali...
Nah..umumnya kalian sudah tahu apa itu NGABEN?? Apa lagi itu terikat dengan salah satu kebudayaan Bali
Sebenarnya NGABEN itu sendiri apa seh??
   Kalian semua mengira NGABEN adalah adat upacara pembakaran mayat di Bali dan kalian mengira warga Bali gampang melakukan NGABEN karena istilahnya tentang pembakaran jadi tinggal membakar mayatnya. Tapi bagi warga Bali tak semudah itu melakukan NGABEN, ada beberapa syarat untuk melakukan NGABEN terutama dalam hal dana, karena dana disini untuk melakukan NGABEN cukup besar rupanya. Karena untuk melakukan NGABEN dana yang dibutuhkan sangat banyak karena ada beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi seperti, Banten/Sesajen yang dibutuhkan sangat banyak sekali diumpamakan kita melakukan NGABEN seperti mengadakan sesuatu pernikahan, bahkan terkadang melakukan NGABEN membutuhkan dana diluar perkiraan, selain kebutuhan Sesaji, adapun tentang penyewaan Penanda fungsinya untuk memmimpin upacara NGABEN, dan adapun beberapa kebutuhan seperti transportasi, dll. 
   Sebenernya semua orang bisa melakukan NGABEN, tetapi sering kali terdapat kendala dalam masalah biaya bagi orang-orang menengah ke bawah. Adapun proses lain dimana mayat tetap dibakar tetapi tidak melakukan NGABEN, istilahnya biasanya KREMASI. KREMASI, upacara pembakaran mayat tetapi perayaannya lebih kecil daripada NGABEN. Dan NGABEN  itu sendiri bertujuan agar ROH dalam bebas pergi terbebas dari badan kasarnya, dan pengembalian dari unsur-unsur PANCA MAHA BUTHA ke alam pitara
A. Pengertian
Ngaben secara umum didefinisikan sebagai upacara pembakaran mayat, kendatipun dari asal-usul etimologi, itu kurang tepat. Sebab ada tradisi ngaben yang tidak melalui pembakaran mayat. Ngaben sesungguhnya berasal dari kata beyaartinya biaya atau bekal, kata beya ini dalam kalimat aktif (melakukan pekerjaan) menjadi meyaninKata meyanin sudah menjadi bahasa baku untuk menyebutkan upacara sawa wadhanaBoleh juga disebut NgabeyainKata ini kemudian diucapkan dengan pendek, menjadi ngaben.
Mungkin itu hal-hal yang saya ketahui yang di mana saya dapat beritahu ke anda, kalo ada kritik dan sara kalian bisa ngoment blog ini...atau ke email saya (kdeksavitriani@yahoo.co.id), THANKS :)


Jumat, 03 Juni 2011

Es ist interessant

PURA GOA LAWAH


Mungkin anda tak asing lagi dengan Bali, khas dengan bangunan seperti Pura...tapi bagaimana Pura yang di dalamnya dihuni oleh ribuan kelelawar. 
Goa Lawah
Di atas adalah gambar dari Goa Lawah. Goa Lawah terdapat di Pura Goa Lawah yang letaknya  desa Pesinggahan, kecamatan Dawan , kabupaten Klungkung. Oh..ya, jika kita berkunjung ke Goa Lawah kita menemukan pertemuan 2 pemandangan yaitu, pantai laut lepas yang kita bisa lihat dengan mata telanjang dan tempatnya terbuka, dan letaknya tepat di depan Pura Goa Lawah tersebut. Dan pemandangan yang lain dengan bukit dan tebing-tebing cuam yang bisa kita lihat di belakang dari Pura Goa Lawah tersebut. Pura Goa Lawah ini di atasnya ditutupi dengan rindangnya pohon-pohon besar yang di mana jika kita ke sana kita akan merasakan kesejukan. Hehe..penasaran dengan apa isi daro Goa Lawah, datang saja...anda bisa melihat-lihat isi dari Goa Lawah dan juga siapkan mental untuk dijamu oleh para kelelawar yang akan menyambut anda....


PEMANDIAN TIRTA EMPUL       
Pemandian Tirta Empul
Pura Tirta Empul sebagai peninggalan Kerajaan di Bali, serta salah satu dari beberapa peninggalan purbakala yang menarik untuk disaksikan dan diketahui Gianyar-Bali. Disebelah Barat Pura tersebut pada ketinggian adalah Istana Presiden yang dibangun pada pemerintahan Presiden Soekarno. Mengenai nama pura ini diambil dari nama mata air yang terdapat didalam pura ini yang b
ernama Tirta Empul. Dimana secara etimologi Tirta Empul artinya air yang menyembur keluar dari tanah. Maka Tirta Empul artinya adalah air suci yang menyembur keluar dari tanah. Air Tirta Empul mengalir ke sungai Pakerisan. Sepanjang aliran sungai ini terdapat beberapa peninggalan purbakala. Pendirian pura ini diperkirakan pada tahun 960 A.D. pada jaman Raja Chandra Bhayasingha dari Dinasti Warmadewa. Seperti biasa pura – pura di Bali, pura ini dibagi atas Tiga bagian yang merupakan Jaba Pura (Halaman Muka), Jaba Tengah (Halaman Tengah) dan Jeroan (Halaman Dalam). Keunikan dari pura ini pada Jaba Tengah terdapat 33 buah aliran pancoran namun sekarang tinggal hanya 31 pancuran, yang berderet mengahadap ke barat sejumlah 7 buah tetapi tinggal 5 buah yang dialiri air suci yang mana peruntukan pancuran ini adalah untuk meningkatkan aura kundalini yang ada pada tubuh kita, yang menghadap ke Selatan sejumlah 26 buah yang terbagi atas 3 tempat , masing-masing : yang pertama sejumlah 13 buah pancoran yang diperuntukan untuk menghilangkan hal-hal negative yang ada pada tubuh kita, seperti karena sakit, perasaan tidak enak atau untuk ruwatan diri, pada pancoran yang berderet 13 buah ini, pemanfaatan pancoran tersebut sebagai berikut : Sebelum kita menceburkan diri ke kolam kita harus menghaturkan sajen lebih dulu di tempat sajen yang telah ditentukan dengan maksud untuk permisi, bahwa kita akan memulai ritual pembersihan diri. Pancoran I dari paling barat tidak boleh digunakan karena pancoran ini hanya diperuntukan bagi tempat permandian dewa di Desa Bayung Kintamani, baru pancoran II sampai ke X boleh digunakan untuk menghilangkan hal-hal negatif atau membersihkan diri dengan nama – nama pancoran Penglukatan, Pebersihan dan Sudamala, sedangkan pancoran XI, XII hanya di peruntukan untuk air suci upacara Pitra Yadnya bagi umat Hindu, karenanya tidak boleh digunakan untuk melukat/ membersihkan diri , kemudian pancoran XIII kembali boleh digunakan untuk melukat atau membersihkan diri. Pada bagian Kedua atau lokasi di tengah tengah terdapat 8 buah pancoran yang diperuntukan untuk : Dua buah pancoran paling barat dari lokasi tengah ini diperuntukan untuk melukat atau membersihkan diri akibat kita kena hujat dan kena sumpah cor kemudian dilanjutkan membersihkan diri ke pancoran paling timur kea rah barat sampai di pancoran bernama Tirte Empul di lokasi tengah ini, Jadi penglukatan atau pembersihan diri berakhir pada step pancoran Tirte Empul .Pada Bagian Ketiga terdapat 5 buah Pancoran ( Pancaka Tirte )yang mana pancoran disini bukan untuk membersihkan diri seperti pancoran di bagian pertama dan kedua, pengunjung memasuki areal ketiga ini setelah selesai melakukan pembersihan diri di pancoran bagian pertama dan kedua lalu berpakaian rapi dan sopan, baru boleh memasuki areal 5 buah pancoran ini. Karena keberadaan kita di lokasi ini bermaksud menyelesaikan dengan sempurna tahapan pembersihan diri dengan melakukan persembahyangan baru kemudian diperciki air suci yang ada di 5 buah pancoran tersebut. Selain itu setiap umat di Bali bila melaksanakan suatu upacara yadnya , ritual terakhir pasti memohon air suci di areal pura Tirte Empul, hal ini bermakna bahwa upacara telah selesai dikerjakan sesuai maksud dan tujuannya. Setelah itu baru melanjutkan persembahyangan di bagian dalam pura. Nama Tirta Empul ada hubungannya dengan mitologi yaitu pertempuran Mayadenawa Raja Batu Anyar (Bedahulu) dengan Bhatara Indra. Dalam mitologi itu diceritakan bahwa Raja Mayadenawa bersikap sewenang – wenang dan tidak mengijinkan rakyat untuk melaksanakan upacara – upacara keagamaan untuk mohon keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa. Setelah perbuatan itu diketahui oleh Para Dewa, maka para dewa yang dikepalai oleh Bhatara Indra menyerang Mayadenawa. Akhirnya Mayadenawa dapat dikalahkan dan melarikan diri sampailah disebelah Utara Desa Tampak siring. Akibatnya kesaktiannya Mayadenawa menciptakan sebuah mata air Cetik (Racun) yang mengakibatkan banyaknya para laskar Bhatara Indra yang gugur akibat minum air tersebut. Melihat hal ini Bhatara Indra segera menancapkan tombaknya dan memancarkan air keluar dari tanah (Tirta Empul) dan air Suci ini dipakai memerciki para Dewa sehingga tidak beberapa lama bisa hidup lagi seperti sedia kala.[http://bliketut.com]                                                                                              

Istana Tampak Siring

Rabu, 01 Juni 2011

Mein Dorf in Bali

Peta Bali
Sekarang aku akan bercerita tentang desaku di bali... Letak desaku di Desa Selumbung, di Kec. Manggis, Kab. Karangasem, Prov. Bali
Letak desaku ini paling ujung Timur pulau Bali,...desaku ini juga dekat tempat wisata seperti Candi Dasa,                                                                           
Pantai Candi Dasa



                                                                                   
Pelabuhan Padangbai
dan dekat pelabuhan Padangbai.Di desaku, kegiatan masih terlihat memegang adat dan ketradisionalnya.....dari desaku terdapat beberapa tempat wisata yang masih dikujungi, seperti Amed..terdapat pantai disana yang dapat anda nikmati suasananya....
  Dan dari desaku, anda juga berkunjung ke Taman Ujung..di sana terdapat keutuhan suatu kerajaan yang bangunannya masih terawat, dan hal-hal mengenai kerajaan itu masih utuh disana, dari foto-foto raja-raja di sana, kamar-kamar yang pernah dipakai, taman kerajaan, dan beberapa tempat penting dari kerajaan di sana.
    
  Lihat saja dari foto di atas, ini adalah gambar dari Taman Ujung...dan bangunan kerajaannya hehe...kapan-kapan jika ada kesempatan anda juga bisa berkunjung.
  Oh..ya, di desa ini lah aku lahir...jadi setiap tahun aku pulang ke Bali.

Rabu, 25 Mei 2011

BALI Tanzgeschichte

          Seni tari Bali pada umumnya dapat dikatagorikan menjadi tiga kelompok, yaitu wali atau seni tari pertunjukan sakral, bebali atau seni tari pertunjukan untuk upacara dan juga untuk pengunjung dan balih-balihan atau seni tari untuk hiburan pengunjung.
      Pakar seni tari Bali I Made Bandem pada awal tahun 1980-an pernah menggolongkan tari-tarian Bali tersebut; antara lain yang tergolong ke dalam wali misalnya Berutuk, Sang Hyang Dedari, Rejang dan Baris Gede, bebali antara lain ialah Gambuh, Topeng Pajegan dan Wayang Wong, sedangkan balih-balihan antara lain ialah Legong, Parwa, Arja, Prembon dan Joged serta berbagai koreografi tari modern lainnya.
         Salah satu tarian yang sangat populer bagi para wisatawan ialah Tari Kecak. Sekitar tahun 1930-an, Wayan Limbak bekerja sama dengan pelukis Jerman Walter Spies menciptakan tari ini berdasarkan tradisi Sanghyang dan bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak memopulerkan tari ini saat berkeliling dunia bersama rombongan penari Bali-nya.

sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Bali

Dance Van Bali

Tari Pendet


Semua mungkin sudah tau tentang tarian ini. Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat ibadat umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung anasir yang sakral-religiusnya




Tari Kecak

Kecak adalah pertunjukan seni khas Bali yang diciptakan pada tahun 1930-an dan dimainkan terutama oleh laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau lebih) penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan "cak" dan mengangkat kedua lengan, menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Namun demikian, Kecak berasal dari ritual sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar[1], melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat.





Tari Legong

Legong merupakan sekelompok tarian klasik Bali yang memiliki pembendaharaan gerak yang sangat kompleks yang terikat dengan struktur tabuh pengiring yang konon merupakan pengaruh dari gambuh. Kata Legong berasal dari kata "leg" yang artinya gerak tari yang luwes atau lentur dan "gong" yang artinya gamelan. "Legong" dengan demikian mengandung arti gerak tari yang terikat (terutama aksentuasinya) oleh gamelan yang mengiringinya.




Tari Wali

Merupakan jenis tarian upacara atau tari sakral, ditarikan pada setiap kegiatan upacara adat dan agama Hindu di Bali. Di Pura, tarian ini dipentaskan di area terdalam (Jeroan).




Tari Oleg Tamulilingan


Tarian yang dibwakan oleh 2 pasangan, kumbang jantan dan kumbang betina yang sedang menjalin asmara dan bermain-main di sebuah taman. Tari Oleg Tamulilingan merupakan karya cipta seniman besar I Ketut Marya alias I Mario yang paling populer di antara sejumlah ciptaannya. Tarian ini digarap tahun 1952 atas permintaan John Coast, budayawan asal Inggris yang sangat terkesan dengan kesenian Bali, untuk dipromosikan ke Eropa dan Amerika Serikat. 

TARI CENDRAWASIH

Tari Cendrawasih merupakan tari duet yang ditarikan oleh penari putri, kendatipun dasar pijakannya adalah gerak tari tradisi Bali, beberapa pose dan gerakannya dari tarian ini telah dikembangkan sesuai dengan interpretasi penata dalam menemukan bentuk - bentuk baru sesuai dengan tema tarian ini. Busana ditata sedemikian rupa agar dapat memperkuat dan memperjelas desain gerak yang diciptakan.
Tarian ini di ciptakan oleh N.L.N. Swasthi Wijaya Bandem (yang juga sebagai penata busana dari pada tarian ini) dalam rangka mengikuti Festival Yayasan Walter Spies. penata tabuh pengiring adalah I Wayan Beratha dan I Nyoman Widha pada tahun 1988.





SUMBER: http://ketutsriarniti.blogspot.com/2009/11/macam-macam-nama-tarian-bali.html